Friday, July 10, 2009

Abu Rizal B


Aburizal Bakrie
Pengusaha Politisi Jadi Menko Kesra


Jabatan Aburizal Bakrie, pengusaha yang politisi Partai Golkar, ini dirotasi dari Menko Perekonomian menjadi Menko Kesra pada resuffle Kabinet Indonesia Bersatu yang diumumkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Gedung Agung Yogyakarta, Senin (5/12) pukul 21.00. Jabatan Menko Perekonomian dipercayakan kepada Boediono.

Kegagalan Kabinet Indonesia Bersatu yang dicoba diatasi dengan melakukan perombakan terbatas anggota kabinet itu, memasukkan tiga nama baru dalam kabinet, tiga menteri diberhentikan, dan tiga menteri dirotasi.


Mantan menteri keuangan pada kabinet Megawati Soekarnoputri, Boediono, dibujuk menjabat Menteri Koordinator Perekonomian, menggantikan Aburizal Bakrie yang digeser menjadi Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, yang sebelumnya dijabat Alwi Shihab.

Ketika serah terima jabatan dengan Dorodjatun Kuntjoro-Jakti (21/10/2004), Aburizal mengatakan, untuk menggerakkan sektor riil, pemerintah tidak lagi hanya mengandalkan dana yang berasal dari fiskal. Pemerintah juga harus bisa memanfaatkan dana perbankan, Jamsostek, atau lainnya yang dapat digunakan sebagai dana jangka panjang.

Mengenai konsep untuk mengatasi penyelundupan, Aburizal mengatakan, saat masih di Kamar Dagang dan Industri (Kadin), ia sudah mencoba mengatasi penyelundupan dengan pemerintah, tetapi belum berhasil. Kali ini pemerintah akan fokus untuk memerangi penyelundupan.

"Penyelundupan sudah merusak produsen pertanian dan manufacturing, jadi harus ada gerakan untuk mengatasi hal itu. Saya sebenarnya mendapat pengarahan dari Bapak Presiden yang mengatakan beliau akan mengadakan inspeksi mendadak pada poin yang krusial dan berbahaya," ujar

Mantan Ketua Umum Kadin Indonesia ini sebelum diangkat menjadi Meko Prekonomian Kabinet Indonesia Bersatu, sempat menjadi salah satu kandidat calon presiden yang memenangi lima besar dalam Konvensi Partai Golkar. Putera sulung pengusaha H Achmad Bakrie kelahiran Jakarta 15 November 1946 ini pada awal pencalonan didukung tidak kurang dari ketiga ormas Trikarya Golkar (SOKSI, Kosgoro, dan MKGR).

Boss Bakrie Group ini tetap eksis dalam dunia usaha. Ia salah satu dari konglomerat yang mampu bertahan dari badai ekonomi yang melanda negeri ini.

Jabatan Ketua Umum Kadin Indonesia yang dipangkunya sejak 1994 hingga tahun depan, telah mengantarnya untuk berkutat pada persoalan-persoalan nasional yang lebih besar daripada persoalan-persoalan yang dialami perusahaannya sendiri.

Saat ini, perjalanan karier alumni jurusan elektro ITB tahun 1973 sedang dalam proses menuju posisi orang nomor satu di negeri ini. Dia kini sangat sibuk menyosialisasikan visi dan misi sebagai salah seorang bakal calon presiden dari Partai Golkar.

Namun sesibuk apa pun dia, ternyata masih sempat menikmati hobinya, yaitu menyanyi dan olahraga. Sementara menari atau dansa, kurang disukainya. "Saya bisa cha-cha dan waltz, tetapi tidak begitu menikmati. Saya berdansa hanya untuk menyenangkan orang yang mengajak. Lain kalau menyanyi, saya senang sekali. Apa pun lagunya saya senang, terutama lagu-lagu romantis," katanya kepada Kompas.


Tentang olahraga, Ical mengaku dirinya benar-benar disiplin melakukannya. Tiga jam setiap hari. Dia juga tidak merokok.
Makanya, Ical paling marah kalau melihat pegawainya merokok.


Tentang perekonomian nasional, menurutnya, bisa tumbuh lebih cepat dibandingkan sekarang bila pemerintah lebih serius mengembangkan potensi pasar domestik sebagai motor penggerak ekonomi nasional.

Ekonomi Indonesia sudah ada perbaikan dan kemajuan, tapi ekonomi kita bisa tumbuh lebih tinggi dari 3,5 persen dengan dukungan ekonomi domestik yang lebih kuat. Kebijakan memperkuat ekonomi domestik memiliki nilai sangat strategis bagi pemulihan ekonomi,` ujarnya di Jakarta, Minggu.

Dikemukakan, pasar domestik yang kuat akan membantu pelaku usaha di dalam negeri untuk bersaing dan meningkatkan kinerja mereka yang secara signifikan akan berdampak pada perluasan kesempatan kerja.

Ical lahir di Jakarta, 15 November 1946, berkibar dengan perusahaan yang dirintis keluarganya, PT Bakrie & Brothers Tbk, sejak 1942. Ical adalah lulusan Fakultas Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung 1973. Jabatan di Bakrie & Brothers yang pernah dipegang, antara lain, direktur utama PT Bakrie Nusantara Corporation pada 1989-1992, Dirut PT Bakrie & Brothers 1988-1992, dan komisaris utama Kelompok Usaha Bakrie pada 1999-2004.


Ical juga aktif di organisasi. Periode 2000-2005, dia menjadi anggota Dewan Pakar ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia); 1999-2004, menjadi ketua umum Kadin (Kamar Dagang dan Industri Indonesia) periode II; 1996-1998, menjabat presiden Asean Chamber of Commerce & Industry; dan 1993-1998, anggota Majelis Pemusyawaratan Rakyat (MPR)-periode II.


Mencoba Keberuntungan


Mantan Ketua Umum Kadin Indonesia ini mencoba keberuntungan politik dengan ikut menjadi salah satu kandidat calon presiden dalam Konvensi Partai Golkar. Putera sulung pengusaha H Achmad Bakrie kelahiran Jakarta 15 November 1946 ini pada awal pencalonan didukung tidak kurang dari ketiga ormas Trikarya Golkar (SOKSI, Kosgoro, dan MKGR). Kemudian ia pun masuk dalam tujuh besar pemenang prakonvensi yang akan bertanding pada Konvensi Capres Partai Golkar selepas Pemilu Legislatif.


Bos Bakrie Group ini hingga kini tetap eksis dalam dunia usaha. Ia salah satu dari konglomerat yang mampu bertahan dari badai ekonomi yang melanda negeri ini.
Jabatan Ketua Umum Kadin Indonesia yang dipangkunya sejak 1994 yang berakhir tahun 2004 ini, telah mengantarnya untuk berkutat pada persoalan-persoalan nasional yang lebih besar daripada persoalan-persoalan yang dialami perusahaannya sendiri.


Saat ini, perjalanan karier alumni jurusan elektro ITB tahun 1973 sedang dalam proses menuju posisi orang nomor satu di negeri ini. Dia kini sangat sibuk menyosialisasikan visi dan misi sebagai salah seorang bakal calon presiden dari Partai Golkar.


Namun sesibuk apa pun dia, ternyata masih sempat menikmati hobinya, yaitu menyanyi dan olahraga. Sementara menari atau dansa, kurang disukainya. “Saya bisa cha-cha dan waltz, tetapi tidak begitu menikmati. Saya berdansa hanya untuk menyenangkan orang yang mengajak. Lain kalau menyanyi, saya senang sekali. Apa pun lagunya saya senang, terutama lagu-lagu romantis,” katanya kepada Kompas.
Tentang olahraga, Ical mengaku dirinya benar-benar disiplin melakukannya. Tiga jam setiap hari. Dia juga tidak merokok. Makanya, Ical paling marah kalau melihat pegawainya merokok.


Tentang perekonomian nasional, menurutnya, bisa tumbuh lebih cepat dibandingkan sekarang bila pemerintah lebih serius mengembangkan potensi pasar domestik sebagai motor penggerak ekonomi nasional.


Ekonomi Indonesia sudah ada perbaikan dan kemajuan, tapi ekonomi kita bisa tumbuh lebih tinggi dari 3,5 persen dengan dukungan ekonomi domestik yang lebih kuat. Kebijakan memperkuat ekonomi domestik memiliki nilai sangat strategis bagi pemulihan ekonomi,” katanya menjelaskan. Dikemukakan, pasar domestik yang kuat akan membantu pelaku usaha di dalam negeri untuk bersaing dan meningkatkan kinerja mereka yang secara signifikan akan berdampak pada perluasan kesempatan kerja. ► e-ti/Majalah Tokoh Indonesia Volume 09


Akan Memberantas Penyelundup


Sebelum menjabat menteri, tokoh yang satu ini adalah trade mark-nya Kadin (Kamar Dagang dan Industri). Sebutan itu bukan tidak beralasan. Selama sepuluh tahun (periode 1994-1999 dan 1999-2004) menukangi Kadin, Aburizal Bakrie berhasil membawa organisasi pengusaha itu sangat berpengaruh dalam pengambilan kebijakan pemerintah.

Kini Ical -sapaan Aburizal- pindah "kamar". Bila sebelumnya hanya sebatas mempengaruhi kebijakan pemerintah, kini dia menjadi penentu kebijakan. Ical dipercaya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi Menko Perekonomian. Sebagai mantan pejabat Kadin, apakah Ical akan membekingi kepentingan pengusaha? Meneruskan kepentingan Kadin? Bagaimana pula prospek bisnis Grup Bakrie? Berikut petikan wawancaranya dalam sebuah kesempatan.

Pada saat ditawari SBY jadi menteri, apa poin penting yang dibicarakan?

Pembicaraan itu berlangsung rileks dan terbuka. Sebagai orang yang terjun di dunia bisnis, saya berbicara dan berdiskusi mengenai berbagai langkah ekonomi yang harus dilakukan pemerintah dengan cepat. Ini agar dunia usaha sebagai penopang ekonomi bisa tumbuh dengan baik.

Saya juga jelaskan mana yang harus menjadi prioritas pertama dan mana yang akan menjadi prioritas kedua dan seterusnya. Saya juga mengatakan kepada Pak Yudhoyono, semua konsep itu sudah saya siapkan dengan matang. Jika kemudian saya terpilih, saya sudah siap dan tinggal koordinasi saja antardepartemen. Oh ya, saya ketika dipanggil hari Sabtu 17 Oktober 2004, sore hari.

Awalnya, penunjukan Anda sempat menjadi pro-kontra publik. Bagaimana Anda menjawab keraguan itu saat ini?


Begini. Bagi saya, pro-kontra itu wajar. Itu demokratis. Tapi, yang perlu saya jelaskan adalah saya ini akan berjalan dan bertindak dalam kapasitas sebagai seorang menteri koordinator. Saya membuat prioritas-prioritas kebijakan ekonomi untuk mendorong kerja lima tahun ke depan. Itu sudah mencakup semua aspek perekonomian.

Ada lima prioritas yang saya susun untuk memperbaiki kondisi perekonomian. Pertama, saya tegaskan, pemerintah akan menggunakan seluruh sumber pendanaan yang ada di dalam negeri untuk membiayai kebutuhan pembangunan sarana penunjang yang saat ini masih kurang.

Misalkan industri makanan dengan pertanian. Jika industri pertanian diproteksi, maka pada saat yang sama, industri makanan akan terpukul karena akan sulit untuk diekspor. Contoh lainnya adalah industri baja dengan makanan. Jika industri baja diproteksi, maka harga kaleng akan menjadi mahal sehingga makanan dalam kemasan kaleng tidak bisa ekspor akibat harga kemasan yang terlalu tinggi.

Kedua, pemerintah akan segera menetapkan jenis strategi industri yang akan diambil oleh Indonesia, yang diharapkan akan berjalan dalam tiga hingga lima tahun kemudian. Keputusan mengenai strategi industri ini harus dilakukan lebih awal.

Prioritas ketiga dalah pembangunan ekonomi domestik. Ini menyangkut pembangunan pasar, pelaku usaha, produksi, hingga pembiayaannya.

Khusus untuk masalah pembiayaan, pemerintah mendatang harus melihat loan to deposit ratio (LDR/rasio kredit) yang saat ini 53 persen. Dari Rp 450 triliun tabungan masyarakat di perbankan nasional, hanya Rp 190 triliun yang dikembalikan kepada masyarakat. Artinya, pemerintah akan secara hati-hati dan transparan menggunakan sumber-sumber dana yang ada di dalam negeri tadi untuk membiayai pembangunan ekonomi domestik.

Prioritas keempat, pemerintahan akan fokus membangun infrastruktur yang saat ini sudah sangat hancur. Berdasar studi yang dilakukan di Kadin, paling tidak perlu USD 150 miliar untuk membangun infrastruktur selama 10 tahun.

Dari USD 150 miliar tadi, USD 98 miliar atau sekitar Rp 900 triliun per tahun di antaranya dapat dibiayai oleh pihak swasta. Pemerintah harus menyediakan dana paling sedikit USD 52 miliar selama sepuluh tahun atau Rp 450 triliun per tahun.

Prioritas terakhir adalah kebijakan di bidang energi. Dalam jangka waktu enam bulan hingga satu tahun, kebijakan energi tersebut akan disusun lebih serius oleh pemerintah. Menurut saya, seluruh energi yang ada dapat disalurkan ke pusat-pusat konsentrasi penduduk, terutama ke Pulau Jawa.

Ini bisa menggunakan sistem pipanisasi dari daerah kaya energi, seperti Kalimantan. Jumlah dana yang diperlukan untuk melakukan pipanisasi itu hanya USD 2,5 miliar sampai USD 3 miliar atau sekitar Rp 30 triliun.

Program prioritas 100 hari?

Yang menjadi fokus utama kita, yakni menggerakkan sektor riil, pemerintah tidak lagi hanya mengandalkan dana yang berasal dari fiskal. Pemerintah harus bisa memanfaatkan dana perbankan, Jamsostek, atau lainnya yang dapat digunakan sebagai dana jangka panjang.

Dulu, Anda pernah bersuara keras soal penyelundupan. Bagaimana setelah Anda jadi pejabat?


Itu cita-cita saya yang belum kesampaian. Penyelundupan kini masih marak. Mulai gula, kayu, hingga beras. Saat saya masih aktif di Kadin, saya sudah mencoba mengatasi penyelundupan ini dengan pemerintah, tetapi masih belum berhasil. Kali ini saya tegaskan, pemerintah akan fokus untuk memerangi penyelundupan. Saya sudah duduk di pemerintahan.


Karena penyelundupan sudah merusak produsen pertanian dan manufacturing, jadi harus ada gerakan untuk mengatasi hal itu. Saya sebenarnya mendapat pengarahan dari Bapak Presiden yang mengatakan bahwa beliau akan mengadakan inspeksi mendadak pada poin yang krusial dan berbahaya. Jadi, cita-cita saya untuk memberantas penyelelundupan akan saya realisasikan sekarang.

Sekarang bagaimana kelangsungan bisnis Grup Bakrie?


Sejak saya memutuskan untuk mengikuti konvensi Partai Golkar, saya sudah melepaskan kegiatan bisnis saya. Itu semua sudah ada yang ngurus. Jadi, saya tetap akan berkonsentrasi untuk melaksanakan tugas yang diamanahkan kepada saya sebagai menteri koordinator bidang perekonomian. Artinya, saya akan bersikap profesional. Kepentingan negara tetap saya utamakan.

Setelah Anda menteri, ide dan usul Kadin akan terpakai terus?

Saya tegaskan, saya akan profesional. Saya ini menteri dari pos profesional. Jadi, setelah jadi menteri, saya tetap akan profesional. Tapi, ide-ide teman Kadin yang saya nilai baik dan bagus sebagai sebuah kontribusi ekonomi kepada negara tetap diakomodasi.

Sebagai menteri koordinator, bagaimana Anda mengendalikan para menteri teknis?


Insya Allah, dengan komitmen untuk memajukan bangsa dan negara ini, saya dan anggota kabinet lainnya akan bekerja sama seoptimal mungkin dan sebaik mungkin.



Nama : Aburizal Bakrie
Lahir : Jakarta 15 November 1946
Agama : Islam

Jabatan : Ketua Umum Kadin Indonesia
Pendidikan : S1 Jurusan Elektro ITB tahun 1973.
Ayah : H Achmad Bakrie
Perusahaan : Bakrie Group



[ Baca Selengkapnya... ]

Saturday, May 2, 2009

Utut Adianto

Utut Adianto
Anak Ajaib Bersyaraf Baja

Pria yang mendapat julukan ‘anak ajaib’ dan ‘syaraf baja’ ini dikenal piawai memainkan buah catur. Ia pertama kali mengharumkan nama Indonesia saat meraih Juara II Dunia (dibawah usia 16 tahun), di Puerto Rico. Dia Olahragawan terbaik Indonesia tahun 1995, ketika masuk ke dalam kelompok elit 60 pecatur top, pada 1995.

Saat itu, dia menjuarai Zona Asia Pasifik di Genting Highland, Malaysia dan menyandang predikat Super Grand Master dengan peringkat Elo 2.600, Dua tahun kemudian, ia mencapai prestasi terbaiknya dengan menduduki peringkat 39 dunia dengan Elo rating 2615.

GM Utut Adianto, anak keempat dari lima bersaudara, mengenal catur dari kakaknya saat berusia enam tahun. Pada 1973, kala berusia 8 tahun, Utut mulai latihan di klub catur Kencana Chess Club. Di tahun itu pula, untuk pertama kali Utut ikut kejuaraan catur yunior se-DKI Jakarta di bawah usia 20 tahun.

Hasilnya, dari 45 peserta Utut masuk peringkat ke-15. Semangatnya terpacu. la pun makin giat berlatih. Apalagi kala ayahnya, Ngatidjo Adiprabowo, menghadiahi buku My 60 Memorable Games karangan pecatur dunia Bobby Fisher. Dari situlah teori dan teknik memainkan bidak dari berbagai kitab catur dilahap Utut. Bisa dibilang, Utut termasuk generasi pertama pecatur Indonesia yang mempelajari catur bukan sekadar melalui kejuaraan. "Saya juga membedah teknik lewat pendekatan ilmiah," kata Utut yang memiliki IQ 128 ini.

Pria kelahiran Jakarta, 16 Maret 1965 ini merebut posisi Juara Junior Jakarta pada tahun 1978 atau umur 13 tahun. Juara Junior Nasional tahun 1979. Juara II Dunia (di bawah usia 16 tahun) di Puerto Rico. Pada 1982, Utut mulai mencuri perhatian publik dengan meraih gelar master nasional. Setahun kemudian ia menyandang FIDE Master. Gelar master internasional diraihnya pada 1985. Setahun kemudian Utut meraih grand master (sebutan pecatur dengan peringkat tertinggi) internasional termuda se-Asia Tenggara, saat masih 21 tahun.

Tahun 1986, Utut Adianto meneruskan studinya mengambil jurusan hubungan internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Padjajaran, Bandung. Saat itu, hatinya mulai bimbang, memilih catur sebagai profesi atau melanjutkan kuliahnya. Ia kemudian memberanikan diri menghadap ketua umum persatuan catur seluruh indonesia (Percasi), yang juga menteri luar negeri sekaligus guru besar Unpad, Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja untuk berhenti kuliah dan berkonsentrasi bermain catur.

Ia juga berharap Pak Mochtar mau membiayai beberapa kejuaraan catur di luar negeri yang akan ia ikuti. Permintaan Utut itu ditolak. Pak Mochtar tetap menyarankannya melanjutkan kuliah. Akhimya, Utut menyelesaikan kuliahnya pada 1989. Setelah itu, ia bekerja di salah satu perusahaan pengembang terkemuka. Selama bekerja, Elo rating-nya perlahan-lahan menurun dari 2.525 menjadi 2.470 dalam waktu setahun terhitung sejak ia bekerja.

Maka, pada1991, Utut mengundurkan diri dari perusahaan itu, dan terjun sepenuhnya sebagai pecatur profesional. Dampak keputusannya ini pada awalnya sangat sulit sebab ia harus pandai menghemat dan menabung. Apalagi sebulan kemudian, Utut mempersunting Tri Hatmanti, dokter yang kini bertugas di Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta Selatan. Tapi untunglah ia mendapat dukungan dari calon isteri dan mertua yang tidak berkeberatan punya mantu pecatur. Kendati belum jelas masa depannya dibandingkan dengan profesi lain yang lebih gemerlap. Ia percaya bahwa di mana ada usaha, pasti ada jalan.

Keputusan Utut rupanya tidak salah. Mimpinya mulai terwujud sejalan dengan bertambahnya jam terbang mengikuti berbagai turnamen catur nasional dan internasional. Kesempatan bertanding itu tak lepas dari dua bersaudara Santoso Wirya dan Eka Putra Wirya yang menanggung seluruh biaya. Pada awal Juni 1994 pertama kali ia ke AS mengikuti pertandingan New York Terbuka dan Kejuaraan Dunia Terbuka di Philadelphia. Terus melanglang ke beberapa negara Eropa, mengikuti Grand Prix PCA di London. Hasilnya, ia menjuarai Biel Open, juara II di Luzern, dan juara III Biel Master.

Tahun 1995, ia menjuarai Zona Asia Pasifik di Genting Highland, Malaysia dan menyandang predikat Super Grand Master dengan peringkat Elo 2.600. Menduduki peringkat Elo 2.600 membuat kehidupan ekonomi Utut semakin baik. Pada 1997, Utut meraih prestasi terbaiknya dengan menduduki peringkat 39 dunia dengan Elo rating 2615.

Kini, Utut tercatat sudah 89 kali mewakili tim nasional Indonesia. Prestasi yang diukir sejak 1981-2000 adalah menjadi juara pada 15 turnamen internasional. Dari tujuh kali berjuang di ajang Olimpiade sejak 1982, Utut mencatat prestasi dengan meraih perak di Dubai, UEA pada 1986, dan medali emas di Istambul, Turki, tahun 2000. MURI mencatat pesta catur terbesar ketika Utut Adianto bertanding sendirian melawan 833 orang dalam simultan catur di Surabaya tahun 1998. Akhir Januari 2004, Utut kembali tercatat dalam MURI ketika bertarung melawan 9.122 peserta di Gelegar Mega Catur 12.000 yang diselenggarakan di Hal A-B Pekan Raya Jakarta namun gagal melampaui rekor sebelumnya yang diselenggarakan di Havana, Kuba, 7 Desember 2002, tercatat 11.320 orang. Kebanggaan lainnya adalah berhasil membuka Sekolah Catur Utut Adianto di Bekasi, Jawa Barat, pada 1993. Dari sekolah ini, lahir Susanto Megaranto, pecatur cilik yang meraih master internasional pada usia 15 tahun.

Sebagai seorang Grand Master, hingga saat ini Utut tak memiliki pelatih tetap. Ia hanya berlatih menghadapi komputer catur dan menambah ilmu dengan mempelajari buku catur yang jumlahnya seabrek. Ia mengaku jika sedang berada di tanah air jadwal latihannya suka kacau. Ada saja kesibukannya, teman-teman pada datang atau dia harus ngantor dan mengajar catur di sekolah catur Enerpac sebagai ketua dewan pelatih.

Dia terus melatih taktik, penilaian posisi, dan menciptakan langkah baru, jelas Utut, karena dunia catur juga terus berkembang, kendati tidak revolusioner. Yang berkembang subvarian. Di dalam subvarian seorang pemain menemukan langkah yang kuat. Itulah yang membuat catur tetap hidup. Dalam pengembangan langkah ini Utut dikenal sebagai jago Varian Caro-Kann. Kekampiunannya, menurut para pengamat, hanya bisa ditandingi oleh Anatoly Karpov.

Selain melatih otak, Utut juga melatih ketahanan fisiknya agar mampu bertanding dalam kondisi seberat apapun. Berat badan 80 kilogram dan tinggi 165 sentimeter seringkali menjadi salah satu kelemahannya yakni cepat lelah sehingga membuat kesalahan. Untuk mencegah kekurangan itu, kini Utut rajin joging setiap hari. Latihan ini pula yang dilakukan Utut menghadapi kejuaraan dunia di Belanda, akhir 2003 lalu. Selama menurunkan berat badan, ia berlatih catur enam sampai sembilan jam sehari.

Belum lama ini, Utut mengikuti Turnamen Catur Grand Master Makita-Lakoni tanggal 15-25 Februari di Gedung Karya Group, Kelapa Gading, Jakarta berhadiah total 12.500 dollar AS dan dibuka Ketua MPR Amin Rais, Minggu (15/2). Turnamen yang diberi slogan “Battle of the sexes, Kings of Indonesia (KOI) vs. Queens of the World (QOW)” ini mengadu tiga pecatur yang mewakili Indonesia, GM Utut Adianto (rating Elo 2591), MI Danny Juswanto (2505), MI Susanto Megaranto (2458) dengan tiga pecatur wanita dari luar, Juara Dunia Wanita FIDE GM Zhu Chen (2490) dari Cina, Juara Wanita Eropa tahun 2002 GM Antoaneta Stefanova (2478) dari Bulgaria dan Juara Wanita Asia tahun 2000 MI Hoang Thanh Trang (2447) dari Vietnam. ► atur lps

*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)

C © updated 02032004




► e-ti/
Nama:
Utut Adianto
Lahir:
Jakarta, 16 Maret 1965
Isteri:
Dr. Tri Hatmanti
Anak:
Mekar Melati Mewangi
Ayah:
Ngatidjo Adiprabowo
Pendidikan:
Hubungan internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Padjajaran, Bandung, 1989
Prestasi:
Juara Junior Jakarta, 1978
Juara Junior Nasional, 1979.
Juara II Dunia (dibawah usia 16 tahun), Puerto Rico.
Gelar Master Nasional, 1982
FIDE Master, 1983
Gelar master internasional, 1985.
Grand master internasional termuda se-Asia Tenggara, saat masih 21 tahun, 1986
Juara I Biel Open, 1994
Juara II di Luzern, 1994
Juara III Biel Master, 1994
Super Grand Master (Elo 2.600), Zona Asia Pasifik di Genting Highland, Malaysia, 1995
Olahragawan terbaik Indonesia tahun 1995
Medali Emas papan satu Olimpiade Istanbul, 2000
Medali Emas SEA Games XXII, Ho Chi Minh, 2003




[ Baca Selengkapnya... ]

Mohammad Hatta

Mohammad Hatta
Sang Proklamator


Mohammad Hatta lahir pada tanggal 12 Agustus 1902 di Bukittinggi. Di kota kecil yang indah inilah Bung Hatta dibesarkan di lingkungan keluarga ibunya. Ayahnya, Haji Mohammad Djamil, meninggal ketika Hatta berusia delapan bulan. Dari ibunya, Hatta memiliki enam saudara perempuan. Ia adalah anak laki-laki satu-satunya.

Sejak duduk di MULO di kota Padang, ia telah tertarik pada pergerakan. Sejak tahun 1916, timbul perkumpulan-perkumpulan pemuda seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa. dan Jong Ambon. Hatta masuk ke perkumpulan Jong Sumatranen Bond.



Sebagai bendahara Jong Sumatranen Bond, ia menyadari pentingnya arti keuangan bagi hidupnya perkumpulan. Tetapi sumber keuangan baik dari iuran anggota maupun dari sumbangan luar hanya mungkin lancar kalau para anggotanya mempunyai rasa tanggung jawab dan disiplin. Rasa tanggung jawab dan disiplin selanjutnya menjadi ciri khas sifat-sifat Mohammad Hatta.



Masa Studi di Negeri Belanda


Pada tahun 1921 Hatta tiba di Negeri Belanda untuk belajar pada Handels Hoge School di Rotterdam. Ia mendaftar sebagai anggota Indische Vereniging. Tahun 1922, perkumpulan ini berganti nama menjadi Indonesische Vereniging. Perkumpulan yang menolak bekerja sama dengan Belanda itu kemudian berganti nama lagi menjadi Perhimpunan Indonesia (PI).



Hatta juga mengusahakan agar majalah perkumpulan, Hindia Poetra, terbit secara teratur sebagai dasar pengikat antaranggota. Pada tahun 1924 majalah ini berganti nama menjadi Indonesia Merdeka.

Hatta lulus dalam ujian handels economie (ekonomi perdagangan) pada tahun 1923. Semula dia bermaksud menempuh ujian doctoral di bidang ilmu ekonomi pada akhir tahun 1925. Karena itu pada tahun 1924 dia non-aktif dalam PI. Tetapi waktu itu dibuka jurusan baru, yaitu hukum negara dan hukum administratif. Hatta pun memasuki jurusan itu terdorong oleh minatnya yang besar di bidang politik.



Perpanjangan rencana studinya itu memungkinkan Hatta terpilih menjadi Ketua PI pada tanggal 17 Januari 1926. Pada kesempatan itu, ia mengucapkan pidato inaugurasi yang berjudul "Economische Wereldbouw en Machtstegenstellingen"--Struktur Ekonomi Dunia dan Pertentangan kekuasaan. Dia mencoba menganalisis struktur ekonomi dunia dan berdasarkan itu, menunjuk landasan kebijaksanaan non-kooperatif.

Sejak tahun 1926 sampai 1930, berturut-turut Hatta dipilih menjadi Ketua PI. Di bawah kepemimpinannya, PI berkembang dari perkumpulan mahasiswa biasa menjadi organisasi politik yang mempengaruhi jalannya politik rakyat di Indonesia. Sehingga akhirnya diakui oleh Pemufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPI) PI sebagai pos depan dari pergerakan nasional yang berada di Eropa.



PI melakukan propaganda aktif di luar negeri Belanda. Hampir setiap kongres intemasional di Eropa dimasukinya, dan menerima perkumpulan ini. Selama itu, hampir selalu Hatta sendiri yang memimpin delegasi.

Pada tahun 1926, dengan tujuan memperkenalkan nama "Indonesia", Hatta memimpin delegasi ke Kongres Demokrasi Intemasional untuk Perdamaian di Bierville, Prancis. Tanpa banyak oposisi, "Indonesia" secara resmi diakui oleh kongres. Nama "Indonesia" untuk menyebutkan wilayah Hindia Belanda ketika itu telah benar-benar dikenal kalangan organisasi-organisasi internasional.



Hatta dan pergerakan nasional Indonesia mendapat pengalaman penting di Liga Menentang Imperialisme dan Penindasan Kolonial, suatu kongres internasional yang diadakan di Brussels tanggal 10-15 Pebruari 1927. Di kongres ini Hatta berkenalan dengan pemimpin-pemimpin pergerakan buruh seperti G. Ledebour dan Edo Fimmen, serta tokoh-tokoh yang kemudian menjadi negarawan-negarawan di Asia dan Afrika seperti Jawaharlal Nehru (India), Hafiz Ramadhan Bey (Mesir), dan Senghor (Afrika). Persahabatan pribadinya dengan Nehru mulai dirintis sejak saat itu.



Pada tahun 1927 itu pula, Hatta dan Nehru diundang untuk memberikan ceramah bagi "Liga Wanita Internasional untuk Perdamaian dan Kebebasan" di Gland, Swiss. Judul ceramah Hatta L 'Indonesie et son Probleme de I' Independence (Indonesia dan Persoalan Kemerdekaan).


Bersama dengan Nazir St. Pamontjak, Ali Sastroamidjojo, dan Abdul Madjid Djojoadiningrat, Hatta dipenjara selama lima setengah bulan. Pada tanggal 22 Maret 1928, mahkamah pengadilan di Den Haag membebaskan keempatnya dari segala tuduhan. Dalam sidang yang bersejarah itu, Hatta mengemukakan pidato pembelaan yang mengagumkan, yang kemudian diterbitkan sebagai brosur dengan nama "Indonesia Vrij", dan kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai buku dengan judul Indonesia Merdeka.

Antara tahun 1930-1931, Hatta memusatkan diri kepada studinya serta penulisan karangan untuk majalah Daulat Ra‘jat dan kadang-kadang De Socialist. Ia merencanakan untuk mengakhiri studinya pada pertengahan tahun 1932.



Kembali ke Tanah Air


Pada bulan Juli 1932, Hatta berhasil menyelesaikan studinya di Negeri Belanda dan sebulan kemudian ia tiba di Jakarta. Antara akhir tahun 1932 dan 1933, kesibukan utama Hatta adalah menulis berbagai artikel politik dan ekonomi untuk Daulat Ra’jat dan melakukan berbagai kegiatan politik, terutama pendidikan kader-kader politik pada Partai Pendidikan Nasional Indonesia. Prinsip non-kooperasi selalu ditekankan kepada kader-kadernya.



Reaksi Hatta yang keras terhadap sikap Soekarno sehubungan dengan penahannya oleh Pemerintah Kolonial Belanda, yang berakhir dengan pembuangan Soekarno ke Ende, Flores, terlihat pada tulisan-tulisannya di Daulat Ra’jat, yang berjudul "Soekarno Ditahan" (10 Agustus 1933), "Tragedi Soekarno" (30 Nopember 1933), dan "Sikap Pemimpin" (10 Desember 1933).



Pada bulan Pebruari 1934, setelah Soekarno dibuang ke Ende, Pemerintah Kolonial Belanda mengalihkan perhatiannya kepada Partai Pendidikan Nasional Indonesia. Para pimpinan Partai Pendidikan Nasional Indonesia ditahan dan kemudian dibuang ke Boven Digoel. Seluruhnya berjumlah tujuh orang. Dari kantor Jakarta adalah Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, dan Bondan. Dari kantor Bandung: Maskun Sumadiredja, Burhanuddin, Soeka, dan Murwoto. Sebelum ke Digoel, mereka dipenjara selama hampir setahun di penjara Glodok dan Cipinang, Jakarta. Di penjara Glodok, Hatta menulis buku berjudul “Krisis Ekonomi dan Kapitalisme”.

Masa Pembuangan


Pada bulan Januari 1935, Hatta dan kawan-kawannya tiba di Tanah Merah, Boven Digoel (Papua). Kepala pemerintahan di sana, Kapten van Langen, menawarkan dua pilihan: bekerja untuk pemerintahan kolonial dengan upah 40 sen sehari dengan harapan nanti akan dikirim pulang ke daerah asal, atau menjadi buangan dengan menerima bahan makanan in natura, dengan tiada harapan akan dipulangkan ke daerah asal. Hatta menjawab, bila dia mau bekerja untuk pemerintah kolonial waktu dia masih di Jakarta, pasti telah menjadi orang besar dengan gaji besar pula. Maka tak perlulah dia ke Tanah Merah untuk menjadi kuli dengan gaji 40 sen sehari.



Dalam pembuangan, Hatta secara teratur menulis artikel-artikel untuk surat kabar Pemandangan. Honorariumnya cukup untuk biaya hidup di Tanah Merah dan dia dapat pula membantu kawan-kawannya. Rumahnya di Digoel dipenuhi oleh buku-bukunya yang khusus dibawa dari Jakarta sebanyak 16 peti. Dengan demikian, Hatta mempunyai cukup banyak bahan untuk memberikan pelajaran kepada kawan-kawannya di pembuangan mengenai ilmu ekonomi, sejarah, dan filsafat. Kumpulan bahan-bahan pelajaran itu di kemudian hari dibukukan dengan judul-judul antara lain, "Pengantar ke Jalan llmu dan Pengetahuan" dan "Alam Pikiran Yunani." (empat jilid).



Pada bulan Desember 1935, Kapten Wiarda, pengganti van Langen, memberitahukan bahwa tempat pembuangan Hatta dan Sjahrir dipindah ke Bandaneira. Pada Januari 1936 keduanya berangkat ke Bandaneira. Mereka bertemu Dr. Tjipto Mangunkusumo dan Mr. Iwa Kusumasumantri. Di Bandaneira, Hatta dan Sjahrir dapat bergaul bebas dengan penduduk setempat dan memberi pelajaran kepada anak-anak setempat dalam bidang sejarah, tatabuku, politik, dan lain-Iain.



Kembali Ke Jawa: Masa Pendudukan Jepang


Pada tanggal 3 Pebruari 1942, Hatta dan Sjahrir dibawa ke Sukabumi. Pada tanggal 9 Maret 1942, Pemerintah Hindia Belanda menyerah kepada Jepang, dan pada tanggal 22 Maret 1942 Hatta dan Sjahrir dibawa ke Jakarta.



Pada masa pendudukan Jepang, Hatta diminta untuk bekerja sama sebagai penasehat. Hatta mengatakan tentang cita-cita bangsa Indonesia untuk merdeka, dan dia bertanya, apakah Jepang akan menjajah Indonesia? Kepala pemerintahan harian sementara, Mayor Jenderal Harada. menjawab bahwa Jepang tidak akan menjajah. Namun Hatta mengetahui, bahwa Kemerdekaan Indonesia dalam pemahaman Jepang berbeda dengan pengertiannya sendiri. Pengakuan Indonesia Merdeka oleh Jepang perlu bagi Hatta sebagai senjata terhadap Sekutu kelak. Bila Jepang yang fasis itu mau mengakui, apakah sekutu yang demokratis tidak akan mau? Karena itulah maka Jepang selalu didesaknya untuk memberi pengakuan tersebut, yang baru diperoleh pada bulan September 1944.



Selama masa pendudukan Jepang, Hatta tidak banyak bicara. Namun pidato yang diucapkan di Lapangan Ikada (sekarang Lapangan Merdeka) pada tanggaI 8 Desember 1942 menggemparkan banyak kalangan. Ia mengatakan, “Indonesia terlepas dari penjajahan imperialisme Belanda. Dan oleh karena itu ia tak ingin menjadi jajahan kembali. Tua dan muda merasakan ini setajam-tajamnya. Bagi pemuda Indonesia, ia Iebih suka melihat Indonesia tenggelam ke dalam lautan daripada mempunyainya sebagai jajahan orang kembali."

Proklamasi
Pada awal Agustus 1945, Panitia Penyidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia diganti dengan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, dengan Soekamo sebagai Ketua dan Mohammad Hatta sebagai Wakil Ketua. Anggotanya terdiri dari wakil-wakil daerah di seluruh Indonesia, sembilan dari Pulau Jawa dan dua belas orang dari luar Pulau Jawa.



Pada tanggal 16 Agustus 1945 malam, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia mempersiapkan proklamasi dalam rapat di rumah Admiral Maeda (JI Imam Bonjol, sekarang), yang berakhir pada pukul 03.00 pagi keesokan harinya. Panitia kecil yang terdiri dari 5 orang, yaitu Soekamo, Hatta, Soebardjo, Soekarni, dan Sayuti Malik memisahkan diri ke suatu ruangan untuk menyusun teks proklamasi kemerdekaan. Soekarno meminta Hatta menyusun teks proklamasi yang ringkas. Hatta menyarankan agar Soekarno yang menuliskan kata-kata yang didiktekannya. Setelah pekerjaan itu selesai. mereka membawanya ke ruang tengah, tempat para anggota lainnya menanti.



Soekarni mengusulkan agar naskah proklamasi tersebut ditandatangi oleh dua orang saja, Soekarno dan Mohammad Hatta. Semua yang hadir menyambut dengan bertepuk tangan riuh.



Tangal 17 Agustus 1945, kemerdekaan Indonesia diproklamasikan oleh Soekarno dan Mohammad Hatta atas nama bangsa Indonesia, tepat pada jam 10.00 pagi di Jalan Pengangsaan Timur 56 Jakarta.

Tanggal 18 Agustus 1945, Ir Soekarno diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia dan Drs. Mohammad Hatta diangkat menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia. Soekardjo Wijopranoto mengemukakan bahwa Presiden dan Wakil Presiden harus merupakan satu dwitunggal.



Periode Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia


Indonesia harus mempertahankan kemerdekaannya dari usaha Pemerintah Belanda yang ingin menjajah kembali. Pemerintah Republik Indonesia pindah dari Jakarta ke Yogyakarta. Dua kali perundingan dengan Belanda menghasilkan Perjanjian Linggarjati dan Perjanjian Reville, tetapi selalu berakhir dengan kegagalan akibat kecurangan pihak Belanda.



Untuk mencari dukungan luar negeri, pada Juli I947, Bung Hatta pergi ke India menemui Jawaharlal Nehru dan Mahatma Gandhi. dengan menyamar sebagai kopilot bernama Abdullah (Pilot pesawat adalah Biju Patnaik yang kemudian menjadi Menteri Baja India di masa Pemerintah Perdana Menteri Morarji Desai). Nehru berjanji, India dapat membantu Indonesia dengan protes dan resolusi kepada PBB agar Belanda dihukum.

Kesukaran dan ancaman yang dihadapi silih berganti. September 1948 PKI melakukan pemberontakan. 19 Desember 1948, Belanda kembali melancarkan agresi kedua. Presiden dan Wapres ditawan dan diasingkan ke Bangka. Namun perjuangan Rakyat Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan terus berkobar di mana-mana. Panglima Besar Soediman melanjutkan memimpin perjuangan bersenjata.



Pada tanggal 27 Desember 1949 di Den Haag, Bung Hatta yang mengetuai Delegasi Indonesia dalam Konperensi Meja Bundar untuk menerima pengakuan kedaulatan Indonesia dari Ratu Juliana.

Bung Hatta juga menjadi Perdana Menteri waktu Negara Republik Indonesia Serikat berdiri. Selanjutnya setelah RIS menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia, Bung Hatta kembali menjadi Wakil Presiden.

Periode Tahun 1950-1956


Selama menjadi Wakil Presiden, Bung Hatta tetap aktif memberikan ceramah-ceramah di berbagai lembaga

pendidikan tinggi. Dia juga tetap menulis berbagai karangan dan buku-buku ilmiah di bidang ekonomi dan koperasi. Dia juga aktif membimbing gerakan koperasi untuk melaksanakan cita-cita dalam konsepsi ekonominya. Tanggal 12 Juli 1951, Bung Hatta mengucapkan pidato radio untuk menyambut Hari Koperasi di Indonesia. Karena besamya aktivitas Bung Hatta dalam gerakan koperasi, maka pada tanggal 17 Juli 1953 dia diangkat sebagai Bapak Koperasi Indonesia pada Kongres Koperasi Indonesia di Bandung. Pikiran-pikiran Bung Hatta mengenai koperasi antara lain dituangkan dalam bukunya yang berjudul Membangun Koperasi dan Koperasi Membangun (1971).



Pada tahun 1955, Bung Hatta mengumumkan bahwa apabila parlemen dan konsituante pilihan rakyat sudah terbentuk, ia akan mengundurkan diri sebagai Wakil Presiden. Niatnya untuk mengundurkan diri itu diberitahukannya melalui sepucuk surat kepada ketua Perlemen, Mr. Sartono. Tembusan surat dikirimkan kepada Presiden Soekarno. Setelah Konstituante dibuka secara resmi oleh Presiden, Wakil Presiden Hatta mengemukakan kepada Ketua Parlemen bahwa pada tanggal l Desember 1956 ia akan meletakkan jabatannya sebagai Wakil Presiden RI. Presiden Soekarno berusaha mencegahnya, tetapi Bung Hatta tetap pada pendiriannya.



Pada tangal 27 Nopember 1956, ia memperoleh gelar kehormatan akademis yaitu Doctor Honoris Causa dalam ilmu hukum dari Universitas Gajah Mada di Yoyakarta. Pada kesempatan itu, Bung Hatta mengucapkan pidato pengukuhan yang berjudul “Lampau dan Datang”.



Sesudah Bung Hatta meletakkan jabatannya sebagai Wakil Presiden RI, beberapa gelar akademis juga diperolehnya dari berbagai perguruan tinggi. Universitas Padjadjaran di Bandung mengukuhkan Bung Hatta sebagai guru besar dalam ilmu politik perekonomian. Universitas Hasanuddin di Ujung Pandang memberikan gelar Doctor Honoris Causa dalam bidang Ekonomi. Universitas Indonesia memberikan gelar Doctor Honoris Causa di bidang ilmu hukum. Pidato pengukuhan Bung Hatta berjudul “Menuju Negara Hukum”.

Pada tahun 1960 Bung Hatta menulis "Demokrasi Kita" dalam majalah Pandji Masyarakat. Sebuah tulisan yang terkenal karena menonjolkan pandangan dan pikiran Bung Hatta mengenai perkembangan demokrasi di Indonesia waktu itu.



Dalam masa pemerintahan Orde Baru, Bung Hatta lebih merupakan negarawan sesepuh bagi bangsanya daripada seorang politikus.



Hatta menikah dengan Rahmi Rachim pada tanggal l8 Nopember 1945 di desa Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Mereka mempunyai tiga orang putri, yaitu Meutia Farida, Gemala Rabi'ah, dan Halida Nuriah. Dua orang putrinya yang tertua telah menikah. Yang pertama dengan Dr. Sri-Edi Swasono dan yang kedua dengan Drs. Mohammad Chalil Baridjambek. Hatta sempat menyaksikan kelahiran dua cucunya, yaitu Sri Juwita Hanum Swasono dan Mohamad Athar Baridjambek.



Pada tanggal 15 Agustus 1972, Presiden Soeharto menyampaikan kepada Bung Hatta anugerah negara berupa Tanda Kehormatan tertinggi "Bintang Republik Indonesia Kelas I" pada suatu upacara kenegaraan di Istana Negara.


Bung Hatta, Proklamator Kemerdekaan dan Wakil Presiden Pertama Republik Indonesia, wafat pada tanggal 14 Maret 1980 di Rumah Sakit Dr Tjipto Mangunkusumo, Jakarta, pada usia 77 tahun dan dikebumikan di TPU Tanah Kusir pada tanggal 15 Maret 1980.



*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia), dari Buku Makam Bung Hatta 1982 dan berbagai sumber)






Nama:
Dr Mohammad Hatta
(Bung Hatta)
Lahir:
Bukittinggi, 12 Agustus 1902
Wafat:
Jakarta, 14 Maret 1980
Istri:
Rahmi Rachim (alm)
Anak:
Meutia Farida
Gemala
Halida Nuriah
Gelar Pahlawan:
Pahlawan Proklamator RI tahun 1986

Pendidikan:
Europese Largere School (ELS) di Bukittinggi, 1916
Meer Uirgebreid Lagere School (MULO) di Padang, 1919
Handel Middlebare School (Sekolah Menengah Dagang) di Jakarta, 1921
Nederland Handelshogeschool di Rotterdam, Belanda (dengan gelar Drs), 1932

Kegiatan:
Bendahara Jong Sumatranen Bond, di Padang, 1916-1919
Bendahara Jong Sumatranen Bond, di Jakarta, 1920-1921
Ketua Perhimpunan Indonesia di Belanda, 1925-1930
Wakil delegasi Indonesia dalam gerakan Liga Melawan Imperialisme dan Penjajahan, di Berlin, 1927-1931
Ketua Panitia Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Baru), 1934-1935
Kepala Kantor Penasihat pada pemerintah Bala Tentara Jepang, April 1942
Anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan, Mei 1945
Wakil Ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, 7 Agustus 1945
Proklamator Kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945
Wakil Presiden RI pertama, 18 Agustus 1945
Wapres merangkap Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan, Januari 1948-Desember 1949
Ketua Delegasi Indonesia pada Konferensi Meja Bundar di Den Haag dan menerima penyerahan kedaulatan dari ratu Juliana, 1949
Wapres merangkap Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Kabinet RIS, Desember 1949-Agustus 1950
Mengundurkan diri dari jabatan Wapres, 1 Desember 1956
Dosen di Sesko AD, Bandung, 1951-1961
Dosen di UGM, Yogyakarta, 1954-1959
Penasihat Presiden dan Penasihat Komisi IV tentang masalah korupsi, 1969
Ketua Panitia Lima yang bertugas memberikan perumusan penafsiran mengenai Pancasila, 1975







[ Baca Selengkapnya... ]
 
This Blog is proudly powered by Blogger.com | Template by Angga Leo Putra